AKASIA.ID - Oleh: Laskar Badar Muhammad*
Malam itu Bapak mengajakku makan malam di angkringan langganan tempat kami biasa makan. Setelah menjalani hari yang cukup payah di pabrik kami memang biasa makan malam di angkringan. Itu pun jika Bapak masih punya sisa uang. Jika tak ada maka kami berdua akan minum hingga sekembung mungkin supaya rasa lapar itu teralihkan. Semenjak Ibu meninggal aku memutuskan berhenti sekolah dan membantu Bapak bekerja di pabrik kerupuk kulit. Aku merasa hidup kami tak henti-hentinya dirundung nasib buruk.
Dalam perjalanan menuju angkringan aku bertanya pada Bapak. "Kapan ya kita bisa dapat rezeki agar nasib kita lebih baik?" Tak ada jawaban dari Bapak. Hanya senyum sedikit saja yang mengembang di wajahnya. Kami hampir saja kena nasib sial lagi karena aneka jajanan di angkringan sudah habis. Tinggal menyisakan dua bungkus nasi kucing yang cepat-cepat kuambil dari keranjangnya. Lumayan bisa untuk mengganjal walaupun mustahil kenyang.
Di sela-sela kami makan, Bapak berkata. "Percayalah, segala kebaikan yang kita terima merupakan rezeki dan nasib baik dari Tuhan... contohnya dua bungkus nasi kucing ini." Aku mengangguk sambil sibuk mengunyah. Lalu makanku terganggu oleh seekor cicak di antara sisa-sisa makanan yang belum dibereskan oleh pemilik angkringan. Aku sadar bahwa hanya aku saja yang melihat cicak itu. Saat aku ingin mengusirnya, aku teringat kata yang barusan Bapak ucapkan. Aku urung dan cicak itu mengambil cuilan tepung gorengan lalu pergi. Meskipun sisa, tapi begitulah cara Tuhan memberinya rezeki.


0 Komentar